Welcome

Selamat Datang,
Ahlan wa Sahlan di situs Bidang Perempuan PIP PKS (Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera) Arab Saudi .
Terima Kasih telah berkunjung.

Kategori

HADIAH ISTIMEWA DI TAHUN DUKA


HADIAH ISTIMEWA DI TAHUN DUKA
Oleh : Ustadz Shalahuddin Abdurrahman
(Rubrik "Kajian Utama" Buletin An-Nisa Edisi Juni 2013)

Tahun Kesedihan (عام الحزن) :

Di tengah ujian yang amat pedih dan pemboikotan terhadap umat Islam dan Bani Hasyim oleh Suku Quraisy, Rasulullah di tahun ke-10 kenabiannya, kehilangan sosok yang selama ini membantu, mendukung, mencintai, dan menyayanginya. Dialah benteng, tempat berlindungnya Dakwah Islamiyah dari serangan para pembesar dan begundal Quraisy. Nabi Muhammad SAW mengalami kesedihan yang amat sangat. Ia merasa pilu dengan kematian paman tercintanya, Abu Thalib dalam usia 80 tahun. Dalam umurnya yang telah renta itu, sesungguhnya ia pun telah lunglai.

Tiga hari kemudian, disusul kematian isteri tercintanya, Khadijah. Tepatnya, pada bulan Ramadhan tahun 10 H dari kenabian dalam usia 65 tahun sedangkan Rasulullah ketika itu berusia 50 tahun. Dimana sosok Khadijah adalah nikmat Allah yang paling agung bagi Rasulullah. Selama seperempat abad hidup bersamanya, dia senantiasa menghibur disaat beliau cemas, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalahnya, ikut serta bersama beliau dalam rintangan yang menghadang jihad dan selalu membela beliau, baik dengan jiwa maupun hartanya.

Untuk mengenang itu, Rasulullah bersabda: "Dia telah beriman kepadaku saat manusia tidak ada yang beriman, dia membenarkanku di saat orang-orang mendustakan, dia memodaliku dengan hartanya di saat manusia menahannya, Allah mengaruniaiku anak darinya saat tidak memberikannya dari isteri yang lainnya".

Di dalam kitab ash-Shahîh dari Abu Hurairah, dia berkata: "Jibril mendatangi Rasulullah sembari berkata: ‘Wahai Rasulullah! inilah Khadijah, dia telah datang dengan membawa lauk-pauk, makanan atau minuman; bila dia nanti mendatangimu, maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta beritakan kepadanya kabar gembira perihal rumah besar untuknya di surga yang terbuat dari bambu dari mutiara, yang tidak ada kebisingan dan juga menguras tenaga di dalamnya".

Sungguh sangat terpukul hati Nabi Muhammad menghadapi kenyataan ini. Nabi Muhammad kehilangan dua sosok yang sangat berpengaruh terhadap dirinya, kehidupan dan perjuangannya. Pada tahun kehilangan inilah yang dikenal dengan istilah ‘Amul Huzni atau Tahun Kesedihan.

Kesedihan pada tahun tersebut, bahkan tidak hanya terhenti dengan meninggalnya 2 orang pendukung dakwah beliau, tetapi juga disusul dengan berbagai intimidasi, gangguan dan siksaan yang beliau dan kaum muslimin lainnya hadapi dari kalangan kafir Quraisy, karena orang yang selama ini disegani mereka telah meninggal. Hingga kepada penghinaan terhadap manusia mulia ini, dengan meletakkan kotoran hewan di atas pundak beliau, ketika sedang menunaikan sholat. Mereka dengan terang-terangan menyiksa dan menyakiti beliau. Padahal belum hilang dari benak mereka, akibat yang mereka rasakan dari embargo ekonomi ketika dikucilkan dari kehidupan sosial yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Maka lengkap sudah, kesedihan yang dialaminya yang membuat beliau hampir putus asa untuk mendakwahi mereka.

Beliau kemudian mencari lahan dakwah lain yang dianggap lebih kondusif, yaitu kota Thaif, sebuah kota kecil yang jaraknya 65 km di sebelah tenggara kota Makkah. Namun reaksi yang diterima Rasulullah dari bani Saqif (penduduk kota Thaif) tidak berbeda dengan reaksi penduduk Makkah. Nabi Muhammad kembali diejek, disoraki, diusir dan dilempari batu, sehingga terluka di bagian kepala dan tubuhnya hingga mengucurkan darah segar. Sungguh menyedihkan. Namun Rasulullah tidak kecewa dan marah. Justru mendoakan penduduk kota tersebut agar diberikan hidayah dan petunjuk oleh Allah SWT. Sungguh mulia perbuatan dan sikap manusia agung ini dan sangat patut kita mencontoh perilakunya.

Hadiah Dari Allah :


Ditengah kesedihan tersebut, Allah memberikan hadiah dan hiburan kepada Rasulullah yang sedang berkabung berupa "paket perjalanan rekreasi" untuk menyegarkan kembali ghirroh (semangat) perjuangannya dalam menegakkan misi Tauhid di atas muka Bumi.

"Paket perjalanan" yang kemudian disebut sebagai Isra' Mi'raj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh umat Muhammad, bahwa segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai awal dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita. Dalam peristiwa itu, tepatnya 27 Rajab, Nabi Muhammad dapat saja langsung menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan Nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam.

Peristiwa Isra' Mi'raj, adalah merupakan perjalanan pribadi Rasulullah di waktu malam dalam waktu yang sangat singkat yaitu dari Masjidil Haram di Kota Makkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, Palestina. Untuk kemudian dilanjutkan dengan perjalanan naik dari Masjidil Aqsha di bumi ke langit ketujuh menuju Baitul Makmur dan Sidratul Muntaha. Peristiwa itu terjadi pada 27 Rajab, tahun ke-10 kenabian, hal itu dilukiskan Al-Quran dalam surat Al-Isra’ ayat 1. Dan ketika dimi'rajkan itulah Rasulullah mengalami banyak hal, seperti peristiwa pembedahan dada oleh malaikat Jibril dan Mikail untuk selanjutnya hati beliau dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan diisinya dengan hikmah dan iman. Dan di Masjidil Aqsha, beliau juga memimpin shalat para Nabi dan Rasul. Sebagaimana beliau juga bertemu dengan Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan Nabi Ibrahim yang sedang bersandar di Baitul Makmur di langit ketujuh.

Pada peristiwa Isra' Mi'raj ini juga, Rasulullah menerima perintah dari Allah untuk menjalankan kewajiban sholat fardhu, yang pada awalnya diwajibkan 50 kali sehari semalam, tetapi kemudian setelah bolak balik dan konsultasi dengan nabi Musa yang beliau temui saat itu, hingga akhirnya, hanya diwajibkan 5 kali saja. Perintah dan 'diskon' jumlah sholat ini pun termasuk hadiah terbesar untuk Rasulullah dan umatnya. Bayangkan bila kita harus menunaikan sholat 50 kali dalam satu hari, artinya kita sholat setiap 15 menit. Belum lagi janji pengampunan dosa yang didapatkan bagi orang yang melakukannya.

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Peristiwa Isra' Mi'raj :

Kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya, begitu pula dengan peristiwa Isra' Mi'raj ini, yang mungkin dapat disimpulkan dalam poin-poin berikut, dan mudah-mudahan hal itu dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah yang begitu besar kekuasaan-Nya.

1.    Pencucian hati Rasulullah dalam peristiwa tersebut menunjukkan bahwa hati adalah organ terpenting dalam tubuh, serta sebagai pusat metabolisme keimanan dan ketakwaan, ia pulalah yang mengarahkan kehidupan spiritual manusia. Maka sebagai penggerak dan kader dakwah hendaklah untuk senantiasa membersihkannya dari segala macam penyakit hati; sombong, iri, dendam, syirik, marah, panjang angan-angan, galau, bimbang dan ragu.

2.    Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah berupa rentetan kesedihan, penghinaan, penolakan, intimidasi, embargo hingga pengusiran yang dirasakan beliau bersama kaum muslimin lainnya.

3.    Sholat adalah perintah Allah yang paling penting dan utama, karena dijemput langsung oleh Rasulullah di atas langit ketujuh di Sidratul Muntaha'. Berbeda dengan perintah kewajiban lainnya, yang titahnya diturunkan Allah melalui malaikat Jibril.

4.    Kadang-kadang ada kaum kerabat da'i yang tidak bersamanya, tetapi bertindak melindunginya. Situasi ini memberi manfaat kepada dakwah ketika ia masih lemah. Oleh sebab itu, sentimen kabilah dan kekeluargaan boleh digunakan oleh da’i untuk melindungi dakwah selagi ia tidak larut melakukan kemungkaran bersama mereka.

5.    Isteri solehah yang beriman dengan kebenaran dakwah dan perjuangan akan mempermudah kesulitan yang dialami oleh da’i dan membangkitkan semangatnya untuk terus berdakwah serta teguh di atas jalannya.

6.    Ketika dakwah di tempat sendiri ditolak dan dimusuhi, seorang da’i perlu mencari medan-medan baru yang berpotensi untuk dakwah.

7.    Kesedihan, intimidasi dan gangguan dari para penghalang dakwah adalah suatu keniscayaan, sehingga para da'i dan kader dakwah perlu selalu siap siaga dalam kondisi apapun, serta menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketakwaan (QS. 3: 120)

8.    Peristiwa ini juga memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia hendaklah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan sesama makhluk Allah di muka bumi (hablun minnaas); juga dan terutama adalah hubungan yang baik dengan Allah (hablun minAllah).

Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil hikmah yang baik di setiap peristiwa.

comment 0 comments:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© 2010 Perempuan Keadilan Arab Saudi is proudly powered by Blogger