MERINDUMU……
SANG IDAMAN
Oleh: Ustadz
Akhmad Nizaruddin
(Kajian Utama Buletin An-Nisa Edisi Januari 2014)
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
(QS. al-Anbiyaa' : 107)
Ayat di atas menyingkap
inti dari misi besar yang dibawa Rasulullah SAW, karena misi itu adalah rahmat dan
kasih sayang untuk alam semesta, bukankah dengan ajarannya akan terwujud kebahagiaan
manusia di dunia dan akhirat serta terwujudnya keadilan dan kedamaian bagi alam
semesta?
Rahmat dan kasih
sayang Rasulullah SAW tidak hanya untuk kaum muslimin tetapi mencakup orang
kafir bahkan musuh-musuh dan orang yang pernah menyakitinya, tidak hanya untuk manusia
tetapi mencakup hewan dan tumbuhan, dan tidak hanya makhluk hidup tetapi mencakup
juga benda mati.
Sirah
Rasulullah SAW menceritakan bagaimana kasih sayangnya kepada penduduk Thaif
yang telah menolak dan melemparinya dengan batu, kepada orang yang melukainya ketika
perang Uhud, atau kepada penduduk Makkah yang pernah menyiksanya dan mengusirnya,
ungkapan yang keluar dari mulutnya yang mulia hanyalah ungkapan cinta dan
sayang: “Ya Allah berilah hidayah kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak
tahu”, “Aku berharap dari keturunan mereka akan lahir generasi yang akan
beribadah kepada Allah” atau “Aku tidak diutus sebagai pelaknat melainkan
sebagai rahmat” dan “pergilah kalian semua bebas”.
Dialah Rasul agung
yang mengatakan “(menyayangi) setiap makhluk hidup ada pahalanya”,
memerintahkan menajamkan pisau sebelum menyembelih, melarang menyiksa binatang dan
menjadikannya sebagai target untuk permainan, melarang membebani binatang di
atas kemampuannya, dan melarang menyakitinya. Dan dialah Rasul yang dengan kasih
sayangnya mengusap menenangkan sebatang pohon kurma yang merintih dan menangis karena
tidak digunakan lagi oleh Rasul mulia untuk bersandar dalam khutbahnya di
masjid.
Kasih Sayang Kepada Umat
﴿لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ﴾
“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri,
berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS.
at-Taubah: 128)
Itulah pujian luar
biasa yang diberikan Allah kepada Rasulullah SAW, Al-Qurtubi (w. 671 H) dalam tafsirnya
menjelaskan seraya menukil perkataan Al-Husain bin Alfadhl (w. 282 H): “Allah
tidak pernah menggabungkan dua nama dari asmaul husna kepada seorang nabi
kecuali Nabi Muhammad, Dia berfirman ﴿
بِالمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴾dan berfirman menyifatkan diriNya:
﴿ إِنَّ
اللهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴾”
Seorang nabi
yang sangat sayang kepada umatnya, suatu ketika beliau bersabda: “Perumpamaanku
adalah seperti orang yang menyalakan api. Kemudian ketika api itu menyinari sekelilingnya,
laron-laron dan serangga sejenisnya menjatuhkan tubuh mereka ke api itu. Orang
itu berusaha menghalau laron-laron itu, tetapi laron-laron itu malah melawannya
dan selanjutnya menjatuhkan tubuh mereka ke api. Seperti itulah perumpamaanku dengan
kalian. Saya menghalau kalian dari api neraka, ‘Jauhkanlah diri kalian dari api
neraka! Jauhkanlah diri kalian dari api neraka!’ akan tetapi kalian kemudian melawan
laranganku itu dan selanjutnya kalian melemparkan diri kalian ke dalam api neraka”
(HR. Bukhari dan Muslim), selalu memikirkan umatnya setiap waktu bahkan ketika beliau
membaca firman Allah tentang Nabi Ibrahim “Ya Rabb sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan banyak manusia, barangsiapa yang mengikutiku sesungguhnya
ia adalah golonganku” (QS. Ibrahim: 36) dan tentang Nabi Isa “Jika Engkau
mengazab mereka maka sesungguhnya mereka adalah hambaMu dan jika Engkau mengampuni
mereka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa dan Bijaksana” (QS. al-Maaidah: 118)
Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya seraya berkata: “Ya Allah umatku umatku..”
dan beliau pun menangis, lalu Allah SWT berkata: “Wahai Jibril pergilah dan temui
Muhammad –dan tentu Allah lebih mengetahui- dan tanyakan apa yang
membuatmu menangis?” Jibril pun datang menemui Rasulullah SAW, kemudian beliau
memberitahukan apa yang diucapkannya, -dan Allah tentu lebih mengetahuinya-
kemudian Allah berkata: “Wahai Jibril temui Muhammad dan katakan Kami akan
membuatmu ridha berkenaan nasib umatmu dan tidak akan membuatmu sedih” (HR.
Muslim). Ya Rasulullah alangkah besarnya cinta dan sayangmu kepada umat….!
Begitu besar
rasa cinta Rasulullah SAW kepada umatnya hingga banyak sekali keringanan-keringanan
dalam syariat mulia ini. Shalat yang awalnya akan diwajibkan 50 kali dalam sehari
semalam diringankan menjadi 5 kali seperti yang diceritakan dalam peristiwa mi’raj
yang terkenal, kewajiban haji yang hanya 1 kali seumur hidup bagi yang mampu,
dalam sebuah hadits ketika Rasulullah SAW berkata: “Allah SWT mewajibkan
haji kepada kalian maka berhajilah!” salah seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Apakah setiap tahun wahai Rasulullah?” beliau pun diam tidak menjawab
hingga sahabat tersebut mengulangi pertanyaan tersebut tiga kali, lalu beliau menjawab:
“Seandainya aku katakan ‘Ya’ pastilah akan wajib setiap tahun dan kalian
pasti tidak akan mampu” (HR. Muslim), atau hadits-hadits yang didahului dengan
kata-kata beliau “Seandainya tidak menyulitkan umatku pasti akan aku perintahkan
mereka…..” seperti hadits bersiwak sebelum shalat, mengakhirkan shalat isya
berjamaah di masjid sampai pertengahan malam, dan lain sebagainya.
Kasih sayang dan
cinta Rasulullah kepada umatnya menembus batas waktu dan ruang, bahkan beliau rindu
ingin berjumpa dengan umatnya yang akan datang setelahnya. Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, Sesungguhnya Rasulullah SAW ziarah kubur lalu
berkata: “Semoga keselamatan tercurah kepada kalian penghuni kuburan kaum
mukminin, sesungguhnya –insya Allah- kami akan menyusul kalian, aku ingin berjumpa
dengan saudara-saudaraku” para sahabat berkata: “Bukankah kami
saudara-saudarmu wahai Rasulullah?” beliaupun menjawab: “Kalian
sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku adalah mereka yang belum dilahirkan” (HR.
Muslim).
Dan sebagaimana
hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ketika di padang mahsyar pada hari kiamat
nanti, semua manusia dikumpulkan dan mereka mencari seseorang yang bisa
memohonkan syafaat kepada Allah, mereka datang kepada Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa tapi tidak ada yang bisa memohonkan syafaat kepada
Allah, kecuali Nabi Muhammad SAW, lalu beliau pun sujud di bawah arsy memohon kepada
Allah syafaat, setelah bangun dari sujudnya kata-kata yang keluar dari mulutnya
yang mulia adalah; “Ya Rabb, umatku..umatku”
وكل المرسلين يقول: نفسي
وأحمد: أمــــتي إنساً وجنا
وكل الأنبياء بدور هــــــــــــــدي
وأنت
الشمس أكملهم وأهدى
Semua rasul berkata:
“diriku diriku..”
Sedangkan
Muhammad berkata: “umatku..” jin dan manusia
Semua nabi laksana
bulan purnama
Engkau laksana
matahari yang sempurna
Ya Rabb
jadikan kami umat Rasulullah yang selalu melaksakan sunnah-sunnahnya dan mendapat
syafaatnya serta berjumpa dengannya di surga-Mu.
Allahumma shalli wasallim ala Muhammad wa‘ala alihi washahbihi ajmain…