Welcome

Selamat Datang,
Ahlan wa Sahlan di situs Bidang Perempuan PIP PKS (Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera) Arab Saudi .
Terima Kasih telah berkunjung.

Kategori

MENGAPA MEMILIH PKS?


MENGAPA MEMILIH PKS?
Oleh: Ustadz Achmad Junaidi
                                 (Kajian Utama Buletin An-Nisa Edisi Maret 2014)

Mengapa Memilih?
Model dan sarana suksesi kepemimpinan merupakan wilayah "ijtihadiy".
Pemilihan langsung adalah salah satu cara atau sarana untuk memilih wakil rakyat dan juga suksesi kepemimpinan. Sebagai sebuah sarana maka secara hukum terkait dengan hukum asal dan tujuannya.
Hukum asal memilih pemimpin adalah wajib. Kemudian tujuan memilih pemimpin adalah jelas-jelas untuk kemaslahatan dan tentu saja terpuji. Maka sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut pada dasarnya juga menjadi harus. Ada beberapa kaedah yang menjelaskan hal ini, di antaranya: "al amru bisy syai-i amrun biwasaailih": perintah untuk melakukan satu hal berarti juga perintah terhadap sarana (yang dapat mewujudkan hal tersebut); "maa laa yatimmul waajibu illaa bihi fahuwa waajib": (jika) suatu urusan yang wajib tidak dapat terlaksana kecuali dengannya maka hal tersebut menjadi wajib; "al amru bisy syai-i nahyun 'an tarkihi": perintah untuk melakukan satu hal berarti juga larangan untuk meninggalkannya.
Setelah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam wafat, para sahabat Radhiyallahu 'anhum berkumpul di sebuah tempat tidak terlalu jauh dari masjid Nabawi: Saqiifah Bani Saa'idah untuk memilih pemimpin baru mereka. Dan karenanya pula tertunda pemakaman baginda Nabi hingga tiga hari. Maka setelah melalui serangkaian peristiwa, terpilihlah Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu secara aklamasi sebagai khalifah.
Sesaat sebelum Abu Bakar Radhiyallahu 'anhu meninggal dunia, beliau menunjuk Umar bin Khatthaab Radhiyallahu 'anhu menjadi khalifah pelanjut.

Berpartisipasi dalam memilih pemimpin atau wakil yang akan menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi adalah sebuah bentuk kepedulian dan kontribusi minimal

Sepeninggal Umar bin Khatthaab Radhiyallahu 'anhu, berkumpullah para sahabat yang tersisa dari sepuluh orang yang dijamin masuk syurga dan setelah musyarawah antar mereka terpilihlah khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu 'anhu. Demikian pula suksesi dari khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu 'anhu kepada khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'anhu.
Dari beberapa kejadian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sarana dan cara dalam sebuah suksesi kepemimpinan bukanlah suatu hal yang baku atau permanen. Kesimpulan ini diperkuat bahwa ada kewajiban bagi kaum muslimin untuk mengikuti sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dan para khulafaur raasyidiin sebagaimana hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ad Daarimiy berikut: "'Alaikum bisunnatiy wa sunnatil khulafaair raasyidiina min ba'diy addhuu 'alaihaa bin nawaajid": "Hendaknya kalian memegang teguh sunnahku dan sunnah para khulafaur raasyidiin setelahku, genggamlah ia sekuat mungkin". (Al Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah, At Thahawiy dalam kitab Syarh Ma'anil Aatsaar, dll)
Apalagi urusan semacam ini tergolong dalam hal teknis yang dinamis, maka yang dipentingkan untuk dipastikan adalah: sejauh mana cara dan sarana tersebut dapat mewujudkan kemaslahatan atau paling banyak mendatangkan kemaslahatan. Seperti pernah dinyatakan oleh seorang ulama maqaashid Al Izz bin Abd Salam: bahwa di mana ada maslahat (yang jelas/pasti) di sanalah ada syariat.
Karenanya, berpartisipasi dalam memilih pemimpin atau wakil yang akan menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi adalah sebuah bentuk kepedulian dan kontribusi minimal. Tentu saja hal ini -sebagai salah satu bentuk ibadah dan bagian dari aplikasi luasnya ajaran Islam- semestinya dilakukan dengan baik dan cerdas: dengan memilih para calon yang paling minimal mudharatnya dan paling banyak manfaatnya.
Setelah melakukan pilihan ini secara sadar dan penuh tanggung jawab melalui proses mencari tahu tentang siapa yang selayaknya dipilih, maka apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang pada diri si calon yang telah dipilih, bukan menjadi tanggung jawab langsung pemilih yang telah berusaha memilih dengan benar dan cerdas. Tetap ada keharusan untuk memantau dan mengingatkan, tetapi jikapun itu terjadi –dan semoga tidak, namun tetap istiqamah-, maka hal tersebut di luar kemampuan dan kewenangan pemilih, karena Allah tidak membebani umatNnya di luar kemampuannya.
Tidak memilih bukan sebuah solusi cerdas dan bijak. Data menyebutkan bahwa pada pemilu yang lalu, sejatinya pemenangnya adalah mereka yang tidak memilih. Namun pada kenyataannya mereka adalah para pemenang sekaligus pecundang. Karena kemenangannya tidak memberikan pengaruh berarti kepada kebijakan yang dipegang oleh orang-orang yang telah terpilih tanpa mereka ikut memilih.

Mengapa PKS?
Partai politik idealnya memiliki beberapa fungsi yang melekat pada dirinya. Di antara fungsi-fungsi tersebut adalah: edukasi atau pendidikan; pembinaan atau kaderisasi; pelayanan dan advokasi/perlindungan dan pembelaan; pengelolaan keuangan dan pendanaan.

Hampir tidak dijumpai di PKS, tokoh atau kader karbitan atau 'kutu loncat'

Fungsi pendidikan politik dalam PKS dicerminkan dalam bentuk Training Orientasi Partai (TOP) dan juga dalam Ta'lim Rutin Partai (TRP) juga pelibatan langsung dalam aktifitas-aktifas terkait politik, seperti: penyampaian aspirasi secara damai, demo, seminar, kunjungan tokoh dan lain sebagainya. Juga pembelajaran langsung dengan menempatkan para kader di legislatif, eksekutif dan lembaga-lembaga publik lainnya.
Fungsi pembinaan dan pengkaderan di PKS dilakukan dalam beberapa bentuk, yang merupakan sarana-sarana peningkatan dan pengembangan diri, antara lain: pengajian rutin keIslaman, pelatihan, kursus, seminar, malam bina iman dan taqwa, outbond dan lain-lainnya.
Karenanya, hampir tidak dijumpai di PKS, tokoh atau kader karbitan atau 'kutu loncat'. Berbeda dengan beberapa partai yang menempatkan orang-orang yang benar-benar baru dalam posisi sangat penting dan strategis tanpa melalui proses dan jalur kaderisasi. Sekedar contoh: Harry Tanoe, bos media, setelah keluar dari Nasdem, tiba-tiba langsung menjadi cawapres Hanura. Rusdi Kirana, bos Lion Air, tiba-tiba saja menjelang pemilu ini menjadi wakil ketua PKB.
Fungsi pelayanan dan advokasi tentu sangat terang benderang di PKS: bakti sosial, peduli dan tanggap bencana, layanan kesehatan, bazar murah, pendampingan dan pembelaan terhadap hak-hak buruh, kepada korban kekerasan atau penjualan manusia (human trafficking) dan lain-lainnya. Kader-kader PKS bahkan mempunyai slogan "AYTKTM": "Apapun Yang Terjadi, Kami Tetap Melayani".
Ungkapan seorang haters PKS yang kemudian menjadi lovers patut tuk disimak:
"Sialnya, beberapa kali kegiatan sosial yang saya lakukan di pinggiran Jakarta serta beberapa kota kecil di daerah bersama komunitas, malah saya selalu bertemu dengan relawan PKS di lokasi. Setiap penyerahan bantuan, di sana banyak relawan PKS bersama warga.
Pemandangan ini jelas menjengkelkan. Karena saya pikir kegiatan sosial ini jadi mirip ditunggangi Parpol, maka kemudian saya mencoba mencari lokasi lain yang tidak ada relawan PKS-nya. Sayang, tak pernah menemukan. Dalam hati saya, kenapa semua tujuan kegiatan sosial saya, selalu bertemu dengan relawan PKS?
Bahkan para artis yang ikut kegiatan sosial juga heran, kenapa lokasi-lokasi yang saya sendiri memilihnya -dipilih oleh pembenci PKS-, ternyata akhirnya juga di sanalah berkumpul para relawan PKS. Saya menyerah. Saya menyerah.  Pokoknya menyerahkan bantuan ya diserahkan saja. Gak peduli mau ada PKS atau tidak. Saya akui, nyaris saya tak bisa menghindari dari para relawan PKS yang bangga dengan kaos lengan panjangnya itu.
Tahun 2007, ketika banjir besar melanda Jakarta, titik kebencian saya kepada PKS mencapai titik kulminasinya. Maaf, lebih tepatnya, mulai surut. Saat itu, rumah keluarga kami di Jakarta Barat tenggelam. Lagi-lagi, relawan PKS memenuhi sudut perumahan. Perahu karet, perahu darurat, baju bekas dan bantuan makanan, banyak disuplai oleh mereka.
Yang membedakan dari yang lain, relawan-relawan ini begitu santun dan cepat dalam mengambil tindakan, dan tahu harus melakukan apa ketika melihat korban bergelantungan di teras-teras rumah, ketika korban ingin menyelamatkan harta bendanya. Persis apa yang dilakukan petugas penyelamat di film Titanic, para relawan itu berteriak-teriak ke semua rumah, memastikan apakah ada korban yang perlu ditolong.
Ajakan itu, malah membalik kebencian saya menjadi cinta. Betapa hebatnya..."

Yang tak kalah pentingnya adalah masalah pendanaan dan pengelolaan keuangan partai. Ust. Mahfudz Siddiq wasekjen PKS memberikan gambarannya sebagai berikut:
Sumber dana utama PKS untuk membiayai kegiatan-kegiatannya:
Pertama infak rutin kader tiap pekan. Biasanya dihimpun saat pengajian.
Kedua, infak wajib bulanan anggota inti. Meliputi iuran wajib & zakat penghasilan.  Besaran infak wajib bulanan berbeda tiap anggota, sesuai besaran penghasilannya.
Ketiga, zakat tahunan. Berupa zakat maal, zakat fitrah, infak dan shadaqah anggota. Biasanya dihimpun selama ramadhan.
Keempat, infak bulanan pejabat publik baik di legislatif maupun eksekutif.
Kelima, ta'awun maali atau partisipasi pendanaan. Biasanya dilakukan jika ada kegiatan tertentu, musibah yang dialami anggota, dll. Ta'awun maali bersifat sukarela termasuk jumlahnya. Bisa juga dilakukan dalam bentuk pinjaman lunak.
Keenam, kerjasama program. Kader-kader PKS banyak yang mengelola lembaga pendidikan, sosial, dakwah dan bisnis. Mereka lakukan kerjasama program.
Ketujuh, dana bantuan keuangan parpol dari pemerintah setiap tahun berdasarkan perolehan suara pemilu. Lumayan besar-lah jumlahnya.
Kedelapan, hibah aset bergerak dari dermawan. Ada yang bantu motor, mobil, komputer, dll.
Untuk kendaraan biasanya pakai nama pribadi.
Kesembilan, penyertaan modal untuk usaha/bisnis yang dikelola secara profesional oleh perorangan/perusahaan yang dilakukan bendahara.
Ini dilakukan, karena UU mengatur, parpol tidak boleh memiliki lembaga usaha/bisnis.
Itu sumber dan cara PKS menghimpun dana untuk biayai program-kegiatan yang putarannya harian dan sediakan fasilitas kerjanya.
Silakan Anda kunjungi kantor-kantor PKS di DPP, DPW, DPD, DPC dan DPRa. Perhatikan kesibukan kegiatan mereka yang tak henti siang-malam.
Ada satu lagi, yang kami sebut "da'mu dzati" atau pendanaan mandiri. Yaitu aktivitas yang diikuti dan didanai mandiri oleh kader.
Partai adalah miniatur negara dan berbeda dengan ormas, dalam sebuah negara ada yang namanya hak-hak warga negara. Maka cara pandang partai dalam pengelolaanya adalah cara pandang pengelolaan negara dengan keragaman yang ada di dalamnya. Cara pandang inilah yang semestinya difahami jika kemudian PKS dalam aksinya tidak membedakan antara satu kelompok dan lainnya atau satu agama dengan lainnya.  
Jadi, selamat memilih PKS: Partai Kita Semua.

comment 0 comments:

Posting Komentar

Delete this element to display blogger navbar

 
© 2010 Perempuan Keadilan Arab Saudi is proudly powered by Blogger