Welcome

Selamat Datang,
Ahlan wa Sahlan di situs Bidang Perempuan PIP PKS (Pusat Informasi dan Pelayanan Partai Keadilan Sejahtera) Arab Saudi .
Terima Kasih telah berkunjung.

Kategori

0 Manfaat Gerakan Sholat Bagi Anatomi Tubuh


Manfaat Gerakan Sholat Bagi Anatomi Tubuh
Oleh : dr. Lia Yusmarini
(Rubrik "Kesehatan" Buletin An-Nisa Edisi Juni 2013)



Takbiratul Ikhram

Postur: berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di bagian depan perut atau dada bagian bawah.

Manfaat: gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening dan kekukatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah, sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.

Rukuk
Postur: rukuk yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang.
Manfaat: postur ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi relaksasi bagi otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat.

I’tidal
Postur: bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga.
Manfaat: Gerak berdiri bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.

Sujud
Postur: menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki dan dahi pada lantai.
Manfaat: aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehataan organ kewanitaan. 
Gerakan sujud dalam sholat tergolong unik. Falsafahnya adalah manusia menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneurologi, ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis, gerakan ini mengantar manusia pada derajat setinggi-tingginya.
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan darah. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma'ninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.
Sujud adalah latihan kekuatan untuk otot tertentu, termasuk otot dada. Pada saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah terjadi kontraksi pada otot dada sehingga payudara menjadi lebih indah bentuknya dan juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam pose sujud, manfaat lain bisa dinikmati kaum hawa. Saat pinggul dan pinggang terangkat melampaui kepala dan dada, otot-otot perut berkontraksi penuh. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lama. Ini menguntungkan wanita karena dalam persalinan dibutuhkan pernafasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami ia justru lebih elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan serta mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali.

Duduk diantara Dua Sujud
Postur: duduk ada dua macam yaitu iftirosy dan tawwaruk, perbedaannya terletak pada posisi telapak kaki.
Manfaat: pada posisi duduk, yang terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, inilah daerah paling terlindung karena terdapat tiga lubang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran dan saluran kemih.
Saat duduk tawwaruk, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Saat iftirosy, kita bertumpu pada pangkal paha. Posisi ini menghindarkan nyeri pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawwaruk sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih, kelenjar prostat dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur ini mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada kedua duduk ini menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerakan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.

Salam
Postur: memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal
Manfaat: gerakan terakhir ini mempunyai pengaruh besar pada kekencangan kulit wajah. Gerakan ini tak ubahnya relaksasi wajah dan leher. Yang tak kalah pentingnya, gerakan ini menghindarkan dari serangan migrain dan sakit kepala lainnya. Gerakan salam bermanfaat sebagai relaksasi otot sekitar leher dan kepala untuk menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Pada dasarnya gerakan dalam shalat mirip dengan yoga atau peregangan. Intinya untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah.  Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah shalat menggerakkan anggota tubuh lebih banyak termasuk jari kaki dan tangan.
Selain itu, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung lancar. Wallahu a’lam.

Sumber: Terapi Shalat karya Imam Musbikin, Cakrawala Ilmu, Yogyakarta 2011


Read more

0 Bagaimana Mendidik Anak Mendirikan Sholat



Bagaimana Mendidik Anak Mendirikan Sholat
Oleh : Ummu Muthia
(Rubrik "Pendidikan Anak" Buletin An-Nisa Edisi Juni 2013)


Setiap orang tua tentu menginginkan anak-anaknya menjadi qurrata a’yun bagi kedua orang tua, tidak saja di masa lucu-lucunya namun juga hingga dewasanya kelak, jangan sampai mereka berubah menjadi musuh dikarenakan kelalaian orang tua dalam mendidik mereka sejak kecil, tidak memberikan perhatian yang serius atau menganggapnya hal yang kurang prioritas. Alangkah ironinya kalau pengenalan agama ini diserahkan secara keseluruhan kepada guru ngaji misalnya. Hal ini memang penting namun porsinya hanyalah sebagai pendukung semata, apalagi bagi keluarga yang saat ini sedang bermukim di luar negeri, kualitas kebersamaan kita dengan anak terkadang belum bisa mengimbangi kuantitasnya. Boleh jadi kita sering berada di dekat anak namun belum tentu kita pada saat itu sedang bersama sang anak.



Berbicara tentang mendidik anak untuk mendirikan shalat merupakan hal yang sangat menarik, karena harapan kita sebagai orang tua tentunya mengidamkan anak-anak yang mencintai ibadah khususnya ibadah shalat serta terbangun kecintaannya kepada agama. Namun pada kenyataannya, tidaklah mudah untuk menumbuhkan kesadaran tersebut pada anak-anak hingga mengamalkan agama sampai kelak dewasanya. Di samping dukungan do’a orang tua agar anak-anak mendapat petunjuk ke jalan benar, hal ini juga tidak lepas dari ikhtiar manusiawi dan pendekatan-pendekatan yang kita terapkan. Mengutip apa yang disampaikan oleh Ihsan Baihaqi Ibnu Bukhari seorang pakar sekaligus trainer pelatihan parenting ternama yang juga kerap disapa dengan Abah Ihsan, setidaknya ada empat pendekatan efektif yang dapat dilakukan agar anak memiliki kesadaran mengamalkan agamanya, dalam hal ini mendirikan shalat. Keempat pendekatan tersebut hendaknya dilakukan secara menyeluruh dan simultan.


Pertama : Keteladanan
Orang tua adalah tempat anak bercermin, anak-anak akan sangat mudah terpengaruh dengan apa yang kita ucapkan atau lakukan. Mungkin kita pernah mengalami bagaimana anak mengingatkan kita sebagaimana kita pernah pula mengingatkan mereka, misalnya suatu ketika saat anak berucap: “Umi sabar ya..,” saat kita sedang menghadapi sebuah masalah. Demikian juga dengan sikap dan perbuatan kita akan sangat mudah ditiru oleh anak. Mana mungkin kita menyuruh anak mendirikan shalat sedangkan kita tidak mendirikan kewajiban tersebut, atau kita menginginkan anak disiplin dalam shalat sedangkan kita tidak disiplin melaksanakannya.
Tapi keteladanan saja masih belum cukup. Betapa banyak kita lihat di sekitar kita, orang tua yang begitu rajin ke masjid, tapi anak laki-lakinya yang remaja kok tidak rajin ke masjid? Kurang teladan apa? Karena itu perlu pendekatan-pendekatan berikutnya.

Kedua : Pembiasaan
Kebiasaan beribadah sangat perlu, meski bukan satu-satunya. Membiasakan beribadah pada anak adalah ikhtiar agar kita dapat menjadikan ibadah sebagai habit yang menyatu dengan anak-anak. Jika sudah menjadi habit, anak-anak akan menjadi 'ringan' dalam ibadah hingga ia dewasa. Itulah hikmah menyuruh anak mendirikan shalat di usia tujuh tahun dan baru dibenarkan dengan cara yang keras setelah mencapai usia sepuluh tahun. Masa tiga tahun semenjak anak berusia tujuh tahun adalah kesempatan terbaik membiasakan shalat lima waktu setiap hari yaitu melalui proses sebanyak 5475 kali menyuruh anak mendirikan shalat (5475 = 5 waktu shalat x 365 hari/tahun x 3 tahun). Tentunya cara-cara yang keras tidak diperlukan lagi jika para orang tua telah mengoptimalkan masa tiga tahun ini sebaik-baiknya.
Pembiasaan hal yang baik kepada anak sejak kecil Insya Allah akan dapat menghiasinya dengan kebaikan itu hingga dewasa kelak. Termasuk juga misalnya membiasakan anak memilih model pakaian yang menutup aurat sejak kecil, sehingga ketika sudah besar anak tidak merasa canggung lagi meski di sekolahnya hanya ia sendiri yang mengenakan model pakaian menutup aurat. Bahkan lebih jauh lagi anak akan mampu menularkan model pakaian tersebut pada teman-teman dan orang-orang di lingkungan sekolahnya.
Tetapi ini saja pun tidak cukup. Jika hanya dibiasakan, tak sedikit anak yang sudah dibiasakan kebaikan dan ibadah sejak kecil tapi karena pikirannya masih 'kosong' dengan nilai-nilai Rabbani, maka sebagian merekapun akhirnya enggan beribadah ketika dewasa.

Ketiga : Instalasi Motivasi
Dalam mengenalkan agama, sebagian orang tua memulai dari kompetensi-kompetensi (keterampilan) beragama. Jika mengenalkan agama hanya dimulai dari kompetensi-kompetensi beragama seperti terampil shalat, terampil membaca qur'an, terampil ini dan itu, maka belum tentu anak kemudian akan terus mengamalkannya sampai dewasanya kelak. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mendidik anak-anak kita bukanlah sekedar kompetensi beragama, tapi juga motivasi beragama. Sejak anak-anak bisa membedakan mana tangan kanan dan tangan kiri, maka sejak saat itulah orang tua dapat mengenalkan pada nilai baik dan buruk seperti yang direferensikan dalam agama. Ingat, KESADARAN letaknya pada PIKIRAN, bukanlah pada tubuh. Maka membuat anak merasa sadar berarti menanamkan nilai tentang ibadah pada pikiran anaknya terlebih dahulu bukan sekedar nyuruh-nyuruh beribadah (mengendalikan tubuh).
Bagaimana mengubah pikiran anak? Lakukan instalasi nilai-nilai, tanamkan informasi kebaikan pada anak tentang Allah, tentang Rasul, setiap hari dengan tepat baik melalui media dongeng, cerita, kisah, ngobrol setiap hari minimal setengah jam, membaca buku bersama, mengajak diskusi anak,  atau apapun yang intinya kita menginstalasi nilai pada pikiran anak kita sehingga akhirnya menjadi program pikiran mereka dan sehingga mudah-mudahan dapat menjadi motivasi buat hidup mereka. Ketika motivasi anak sudah tumbuh dengan baik maka kewajiban shalat itu akan terasa ringan saat ditegakkan.
Apalagi kalau kita mengaitkan kejadian sehari-hari dengan karunia dari Allah. Pernah saya mengalami pengalaman pribadi, saat ingin membeli buah di sebuah supermarket, ternyata harganya terlalu mahal sehingga rencana membeli buah-buahan batal meskipun anak-anak sangat menginginkannya. Tidak berapa lama setelah kejadian tersebut, ketika pulang dari pengajian ibu-ibu saya dibekali dengan sekantong buah yang pernah batal saya beli. Subhanallah... Allah Maha Pengasih dan Pengatur rizki bagi hamba-hamba-Nya. Kejadian ini saya ceritakan kepada anak saya, dia mengatakan dengan sangat antusias, “Ummi, Allah itu bisa mengabulkan apa yang kita butuhkan ya?” “Tentu, kalau kita selalu melakukan apa-apa yang dicintai oleh Allah,” jawab saya. Pada saat saya ceritakan itu dia belum shalat lima waktu, dengan serta merta penuh bahagia dia segera beranjak untuk shalat. Kejadian-kejadian seperti ini kita semua tentunya pernah mengalami dan hendaknya kita ceritakan kepada anak sehingga dia akan merasakan kebesaran Allah.

Keempat : Kedekatan Emosional
Kedekatan emosional orang tua dan anak akan menentukan penerimaan atau instalasi nilai-nilai pada anak. Orang tua yang mengabaikan anak, terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dan hanya mengandalkan sekolah, ustadz atau tenaga 'outsourcing' lainnya dalam mengenalkan agama pada anak, hendaknya jangan berharap terlalu banyak jika anaknya dapat dekat dengan Tuhan-Nya sedang orang tua sendiri tak berusaha mendekati anaknya. 
Kedekatan emosional ini juga akan memudahkan orangtua dalam menanamkan kebiasaan beribadah pada anak. Jangankan ibadah yang perlu kesadaran spiritualitas, dalam hal kegiatan belajarpun misalnya terbukti secara empiris, anak-anak di Jepang yang rata-rata 30 menit didampingi orang tua di rumah saat belajar ternyata indeks prestasi akademiknya lebih baik dibandingkan anak-anak di Amerika yang rata-rata hanya 15 menit didampingi orang tua di rumah saat belajar. Apalagi dalam hal kesadaran beragama, yang kemudian membutuhkan jangka waktu panjang untuk menanamkan nilai-nilai dengan benar dan tepat mulai dari aqidah, ibadah dan lain-lain. Yang juga tidak kalah pentingnya dalam hal ini adalah kita sebagai orangtua harus terus belajar mengkaji ilmu sehingga kita benar-benar menjadi orang tua yang sangat tahu apa yang harus kita lakukan untuk anak-anak kita di zaman ini.

Semoga Allah memberi kita kesabaran dan kemampuan mendidik anak-anak kita sehingga  mampu mengantarkan mereka kepada keridhaan Allah, hingga suatu saat kita dapat bersama mereka berkumpul di jannah-Nya kelak. Tentunya ini menjadi harapan kita semua bukan? Kalau kita mencintai mereka maka didiklah mereka untuk mengenal Rabbnya.
Read more

0 HADIAH ISTIMEWA DI TAHUN DUKA


HADIAH ISTIMEWA DI TAHUN DUKA
Oleh : Ustadz Shalahuddin Abdurrahman
(Rubrik "Kajian Utama" Buletin An-Nisa Edisi Juni 2013)

Tahun Kesedihan (عام الحزن) :

Di tengah ujian yang amat pedih dan pemboikotan terhadap umat Islam dan Bani Hasyim oleh Suku Quraisy, Rasulullah di tahun ke-10 kenabiannya, kehilangan sosok yang selama ini membantu, mendukung, mencintai, dan menyayanginya. Dialah benteng, tempat berlindungnya Dakwah Islamiyah dari serangan para pembesar dan begundal Quraisy. Nabi Muhammad SAW mengalami kesedihan yang amat sangat. Ia merasa pilu dengan kematian paman tercintanya, Abu Thalib dalam usia 80 tahun. Dalam umurnya yang telah renta itu, sesungguhnya ia pun telah lunglai.

Tiga hari kemudian, disusul kematian isteri tercintanya, Khadijah. Tepatnya, pada bulan Ramadhan tahun 10 H dari kenabian dalam usia 65 tahun sedangkan Rasulullah ketika itu berusia 50 tahun. Dimana sosok Khadijah adalah nikmat Allah yang paling agung bagi Rasulullah. Selama seperempat abad hidup bersamanya, dia senantiasa menghibur disaat beliau cemas, memberikan dorongan di saat-saat paling kritis, menyokong penyampaian risalahnya, ikut serta bersama beliau dalam rintangan yang menghadang jihad dan selalu membela beliau, baik dengan jiwa maupun hartanya.

Untuk mengenang itu, Rasulullah bersabda: "Dia telah beriman kepadaku saat manusia tidak ada yang beriman, dia membenarkanku di saat orang-orang mendustakan, dia memodaliku dengan hartanya di saat manusia menahannya, Allah mengaruniaiku anak darinya saat tidak memberikannya dari isteri yang lainnya".

Di dalam kitab ash-Shahîh dari Abu Hurairah, dia berkata: "Jibril mendatangi Rasulullah sembari berkata: ‘Wahai Rasulullah! inilah Khadijah, dia telah datang dengan membawa lauk-pauk, makanan atau minuman; bila dia nanti mendatangimu, maka sampaikan salam Rabbnya kepadanya serta beritakan kepadanya kabar gembira perihal rumah besar untuknya di surga yang terbuat dari bambu dari mutiara, yang tidak ada kebisingan dan juga menguras tenaga di dalamnya".

Sungguh sangat terpukul hati Nabi Muhammad menghadapi kenyataan ini. Nabi Muhammad kehilangan dua sosok yang sangat berpengaruh terhadap dirinya, kehidupan dan perjuangannya. Pada tahun kehilangan inilah yang dikenal dengan istilah ‘Amul Huzni atau Tahun Kesedihan.

Kesedihan pada tahun tersebut, bahkan tidak hanya terhenti dengan meninggalnya 2 orang pendukung dakwah beliau, tetapi juga disusul dengan berbagai intimidasi, gangguan dan siksaan yang beliau dan kaum muslimin lainnya hadapi dari kalangan kafir Quraisy, karena orang yang selama ini disegani mereka telah meninggal. Hingga kepada penghinaan terhadap manusia mulia ini, dengan meletakkan kotoran hewan di atas pundak beliau, ketika sedang menunaikan sholat. Mereka dengan terang-terangan menyiksa dan menyakiti beliau. Padahal belum hilang dari benak mereka, akibat yang mereka rasakan dari embargo ekonomi ketika dikucilkan dari kehidupan sosial yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Kaum Quraisy terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Maka lengkap sudah, kesedihan yang dialaminya yang membuat beliau hampir putus asa untuk mendakwahi mereka.

Beliau kemudian mencari lahan dakwah lain yang dianggap lebih kondusif, yaitu kota Thaif, sebuah kota kecil yang jaraknya 65 km di sebelah tenggara kota Makkah. Namun reaksi yang diterima Rasulullah dari bani Saqif (penduduk kota Thaif) tidak berbeda dengan reaksi penduduk Makkah. Nabi Muhammad kembali diejek, disoraki, diusir dan dilempari batu, sehingga terluka di bagian kepala dan tubuhnya hingga mengucurkan darah segar. Sungguh menyedihkan. Namun Rasulullah tidak kecewa dan marah. Justru mendoakan penduduk kota tersebut agar diberikan hidayah dan petunjuk oleh Allah SWT. Sungguh mulia perbuatan dan sikap manusia agung ini dan sangat patut kita mencontoh perilakunya.

Hadiah Dari Allah :


Ditengah kesedihan tersebut, Allah memberikan hadiah dan hiburan kepada Rasulullah yang sedang berkabung berupa "paket perjalanan rekreasi" untuk menyegarkan kembali ghirroh (semangat) perjuangannya dalam menegakkan misi Tauhid di atas muka Bumi.

"Paket perjalanan" yang kemudian disebut sebagai Isra' Mi'raj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh umat Muhammad, bahwa segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai awal dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita. Dalam peristiwa itu, tepatnya 27 Rajab, Nabi Muhammad dapat saja langsung menuju langit dari Makkah, namun Allah tetap membawanya menuju Masjidil Aqsha, pusat peribadahan Nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat berarti bahwa umat Islam tidak memiliki larangan untuk berbuat baik terhadap sesama manusia, sekalipun kepada golongan di luar Islam.

Peristiwa Isra' Mi'raj, adalah merupakan perjalanan pribadi Rasulullah di waktu malam dalam waktu yang sangat singkat yaitu dari Masjidil Haram di Kota Makkah ke Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis, Palestina. Untuk kemudian dilanjutkan dengan perjalanan naik dari Masjidil Aqsha di bumi ke langit ketujuh menuju Baitul Makmur dan Sidratul Muntaha. Peristiwa itu terjadi pada 27 Rajab, tahun ke-10 kenabian, hal itu dilukiskan Al-Quran dalam surat Al-Isra’ ayat 1. Dan ketika dimi'rajkan itulah Rasulullah mengalami banyak hal, seperti peristiwa pembedahan dada oleh malaikat Jibril dan Mikail untuk selanjutnya hati beliau dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan diisinya dengan hikmah dan iman. Dan di Masjidil Aqsha, beliau juga memimpin shalat para Nabi dan Rasul. Sebagaimana beliau juga bertemu dengan Nabi Adam di langit pertama, Nabi Isa di langit kedua, Nabi Yusuf di langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di langit kelima, Nabi Musa di langit keenam dan Nabi Ibrahim yang sedang bersandar di Baitul Makmur di langit ketujuh.

Pada peristiwa Isra' Mi'raj ini juga, Rasulullah menerima perintah dari Allah untuk menjalankan kewajiban sholat fardhu, yang pada awalnya diwajibkan 50 kali sehari semalam, tetapi kemudian setelah bolak balik dan konsultasi dengan nabi Musa yang beliau temui saat itu, hingga akhirnya, hanya diwajibkan 5 kali saja. Perintah dan 'diskon' jumlah sholat ini pun termasuk hadiah terbesar untuk Rasulullah dan umatnya. Bayangkan bila kita harus menunaikan sholat 50 kali dalam satu hari, artinya kita sholat setiap 15 menit. Belum lagi janji pengampunan dosa yang didapatkan bagi orang yang melakukannya.

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Peristiwa Isra' Mi'raj :

Kita semua sepakat dan meyakini bahwa setiap kejadian dan peristiwa pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya, begitu pula dengan peristiwa Isra' Mi'raj ini, yang mungkin dapat disimpulkan dalam poin-poin berikut, dan mudah-mudahan hal itu dapat meningkatkan keimanan kita kepada Allah yang begitu besar kekuasaan-Nya.

1.    Pencucian hati Rasulullah dalam peristiwa tersebut menunjukkan bahwa hati adalah organ terpenting dalam tubuh, serta sebagai pusat metabolisme keimanan dan ketakwaan, ia pulalah yang mengarahkan kehidupan spiritual manusia. Maka sebagai penggerak dan kader dakwah hendaklah untuk senantiasa membersihkannya dari segala macam penyakit hati; sombong, iri, dendam, syirik, marah, panjang angan-angan, galau, bimbang dan ragu.

2.    Isra’ Mi’raj adalah jamuan kemuliaan dari Allah, penghibur hati, dan pengganti dari apa yang dialami Rasulullah berupa rentetan kesedihan, penghinaan, penolakan, intimidasi, embargo hingga pengusiran yang dirasakan beliau bersama kaum muslimin lainnya.

3.    Sholat adalah perintah Allah yang paling penting dan utama, karena dijemput langsung oleh Rasulullah di atas langit ketujuh di Sidratul Muntaha'. Berbeda dengan perintah kewajiban lainnya, yang titahnya diturunkan Allah melalui malaikat Jibril.

4.    Kadang-kadang ada kaum kerabat da'i yang tidak bersamanya, tetapi bertindak melindunginya. Situasi ini memberi manfaat kepada dakwah ketika ia masih lemah. Oleh sebab itu, sentimen kabilah dan kekeluargaan boleh digunakan oleh da’i untuk melindungi dakwah selagi ia tidak larut melakukan kemungkaran bersama mereka.

5.    Isteri solehah yang beriman dengan kebenaran dakwah dan perjuangan akan mempermudah kesulitan yang dialami oleh da’i dan membangkitkan semangatnya untuk terus berdakwah serta teguh di atas jalannya.

6.    Ketika dakwah di tempat sendiri ditolak dan dimusuhi, seorang da’i perlu mencari medan-medan baru yang berpotensi untuk dakwah.

7.    Kesedihan, intimidasi dan gangguan dari para penghalang dakwah adalah suatu keniscayaan, sehingga para da'i dan kader dakwah perlu selalu siap siaga dalam kondisi apapun, serta menghadapinya dengan penuh kesabaran dan ketakwaan (QS. 3: 120)

8.    Peristiwa ini juga memberi pelajaran kepada kita, bahwa manusia hendaklah membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan sesama makhluk Allah di muka bumi (hablun minnaas); juga dan terutama adalah hubungan yang baik dengan Allah (hablun minAllah).

Semoga kita termasuk orang-orang yang dapat mengambil hikmah yang baik di setiap peristiwa.
Read more

Delete this element to display blogger navbar

 
© 2010 Perempuan Keadilan Arab Saudi is proudly powered by Blogger